Menggali Makna dari si Pencari arti

Victor Frankl, tiba-tiba saya menyukainya, mengagumi kebijaksanaan setiap deret kalimat dalam karya-karyanya, yang paling populer adalah Man's Search for Meaning. An Introduction to Logotherapy. sehingga ketika kita teringat Frankl, yang terlintas adalah dorongan mencari arti, bagian dari teorinya yang sangat terkenal. 


ia menulis, "Pada akhirnya, manusia tidak perlu menanyakan apakah makna hidupnya, melainkan mengakui bahwa dialah yang ditanyai. Singkatnya, setiap orang dipertanyakan oleh kehidupan; dan ia hanya dapat menjawab kepada kehidupan dengan mempertanggungjawabkan hidupnya sendiri; ia hanya dapat menjawab kepada kehidupan dengan cara bertanggung jawab."



selain itu, "Jangan mengejar sukses – semakin dikejar dan semakin dijadikan target, semakin kita akan kehilangan dia. Karena sukses, seperti halnya kebahagiaan, tidak dapat dikejar. Ia harus terlahir dengan sendirinya, dan hal itu hanya terjadi sebagai dampak sampingan yang tidak direncanakan dari dedikasi pribadi seseorang kepada suatu tujuan yang lebih besar daripada dirinya sendiri atau sebagai produk sampingan dari penyerahan diri seseorang kepada seseorang yang lain daripada dirinya sendiri. Kebahagiaan harus terjadi, dan hal yang sama berlaku untuk sukses: kita harus membiarkannya terjadi dengan bersikap tidak peduli tentang hal itu. Saya ingin anda mendengarkan apa yang diperintahkan oleh hati nurani anda untuk dilakukan dan melakukannya terus sebaik-baiknya sesuai dengan pengetahuan anda. Maka anda akan dapat menyaksikan jauh di kemudian hari – ya, jauh di kemudian hari! – bahwa sukses akan mengikuti anda justru karena anda telah berhenti memikirkannya."

sebagian anda mungkin membacanya sambil mengangguk-angguk, sebagian lain mungkin mengerutkan dahi dan perlu membaca beberapa kali. 
cuma saya ingin mengatakan bahwa, ada ketulusan dalam setiap untaian katanya, mungkin karena ia memiliki penghayatan yang dalam dan semangat berbagi yang ditempa dengan baik selama berada dalam "laboratorium hidupnya", yakni camp konsentrasi milik NAZI. 
hal lain yang menarik adalah, ada  pendapat Frankl yang mirip dengan beberapa ajaran Islam, bukan bermaksud melakukan labelisasi, tapi ini membuatnya menjadi tokoh psikologi Barat pertama yang saya kagumi.


"orang-orang yang sehat akan memikul tanggung jawab ini, yang menggunakan waktu mereka dengan bijaksana agar karya mereka (kehidupan mereka) tetap berkembang,meskipun kodrat kehidupan singkat dan fana. apabila kita mati sebelum selesai memahat bentuk kehidupan kita, apa yang telah kita kerjakan tidak ditiadakan. suatu kehidupan yang penuh arti ditentukan oleh kualitasnya, bukan usia yang panjang. karya kehidupan yang dimulai dan diteruskan pada suatu tingkat yang lebih tinggi adalah kurang penting" begitulah Duane Schultz (1993) menjelaskan pemikiran Frankl. 


"Jika mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang" (QS. An-Nahl: 82)
Allah Swt tidak membebankan hasil pada hambaNya, melainkan usaha yang melewati suatu proses yang panjang. 


kalau kata Frankl lagi, "kadang-kadang, karya-karya yang tidak selesai berada di antara simfoni-simfoni yang sangat indah"


Terakhir, dengan kisahnya yang menyentuh, saya menyadari satu hal yang luar biasa; yakni sifat Rahman (pengasih) Allah Swt kepada hamba-hambanya yang bukan bagian dari "orang yang berserah diri" (Islam). Rahman itu yang terwujud dengan "diletakkannya" Frankl di tengah-tengah camp konsentrasi yang luar biasa mengerikan, bersama orang-orang menderita dan putus asa yang butuh diyakinkan bahwa hari esok pasti ada. 

4 comments

  1. Kalau kata motivator, yang dikejar bukan sukses, tapi mimpi. Sukses buah dari mimpi yg berhasil dikejar. Salam supermi!

    ReplyDelete

Blogger news

Blogroll