Multiple Intelligence for Learning Disabilities

Tahun 1963, saat ditemukannya "penyakit" yang dinamakan learning disabilities oleh para pakar, istilah itu seakan menjadi tren dalam dunia pendidikan dan psikologi. ahli pendidikan, para guru dan orang tua bahu membahu untuk mencari solusi penanganan gangguan belajar tersebut. Banyak organisasi dan komunitas didirikan untuk menemukan cara agar anak didik yang didiagnosa mengalami kesulitan belajar bisa mengikuti pelajaran dengan baik sebagaimana teman-temannya yang lain.

Sedikit informasi, learning disabilities adalah salah satu gangguan dalam proses belajar dimana anak: 1) punya inteligensi normal atau di atas rata-rata, 2) kesulitan setidaknya dalam satu atau lebih mata pelajaran, dan 3) tidak punya problem atau gangguan lain, seperti retardasi mental, yang menyebabkan kesulitan.

Ada tiga kriteria yang harus digunakan dalam menentukan kesulitan belajar anak didik; pertama, ia harus diartikan sebagai perbedaan dalam perkembangan aspek tingkah laku, kemampuan visual, ingatan, perhatian atau hubungan. kedua, ketidakmampuan itu tidak dapat diartikan sebagai tiada hambatan mental atau kelemahan visual, gangguan emosi, atau kurang kesempatan belajar. dan terakhir, anak didik tidak dapat belajar dengan metode instruksional yang lazim dipakai di sekolah.


Para pakar sendiri tetap tidak mampu menjelaskan apa arti dari learning disabilities sebagaimana penyembuhannya. Hingga Bob Algozzine, seorang Profesor pendidikan khusus di University of Florida menulis “tak ada seorang pun...yang bisa menunjukkan kepada saya kelomp perilaku yang unik dan khas yang membedakan anak-anak LD dari banyak teman mereka. Membangun sebuah dunia di atas landasan semacam ini sangatlah tidak adil”.

"ketidakadilan" itu yang mungkin membuat Howard Gardner, pada 1983 mencetuskan teorinya mengenai kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Menurut Gardner, meski mungkin tes IQ standar tidak menunjukkannya, semua anak mempunyai kecerdasan yang tinggi. Masing-masing memperlihatkan kekuatan khusus dalam salah satu dari kedelapan jenis kecerdasan, yaitu kemampuan logika dan matematika, musik, kinestetik-jasmani, linguistik, spasial, antar-pribadi, intra-pribadi, dan Naturalis. Bahkan pada anak dengan kesulitan belajar sekalipun.

 Teori MI ini kemudian dikembangkan menjadi suatu metode pembelajaran yang diharapkan mampu untuk disesuaikan dengan model belajar siswa. Di Indonesia, metode ini telah diterapkan di beberapa sekolah seperti di Yayasan Islam Malik Ibrahim (YIMI) Full Day School Gresik Jawa Timur juga di YIMA Islamic School Bondowoso dan mendapat sambutan yang sangat baik. Di beberapa tempat, metode ini belum bisa diterima karena masih banyak sekolah yang ingin bertahan dengan metode mengajar konvensional.

Menurut saya pribadi, Metode ini sangat cocok untuk membantu anak dengan learning disabilities agar bisa "berhadapan" dengan beberapa mata pelajaran yang menjadi kesulitan bagi mereka; si A didiagnosis mengalami disleksia yaitu kesulitan berat dalam kemampuan membaca dan mengeja. sebenarnya ini bukan akhir dari segalanya, guru dan orang tua masih bisa mengusahakan strategi intervensi bagi si anak. misalnya dengan memberikan metode instruksional ataupun pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan minat anak. untuk itu, ada sebuah teaching strategy yang patut diapresiasi dan tentunya harus dikembangkan lagi oleh para pendidik. pahami contoh berikut:

Melalui metode pembelajaran Multiple Intelligence, sebut saja Zahra, ditugaskan untuk membuat puisi tentang materi pelajaran Fisika. dan hasilnya sungguh luar biasa. Zahra yang tadinya tidak menyukai pelajaran Fisika akhirnya sangat bersemangat menyambut ulangan harian. apa rahasianya? ternyata Zahra memiliki kecerdasan linguistik yang tinggi. hal itu disiasati oleh sang guru, agar Zahra mudah menerima Materi Pelajaran Fisika melalui kesenangannya pada hal-hal berbau sastra seperti puisi.

Dalam buku Sekolahnya Manusia, Munif Chatib menuliskan kembali puisi Zahra:
"energi, siapakah kamu
Manusia hidup dalam lautan energi
 Ketika bergerak, tidur dan terbang ke awan
Wahai manusia, tak mungkin kau ciptakan energi
Kau hanya mampu mengubahnya
Seperti kau ubah batu menjadi arca-arca berarti
Namun, kau tak mungkin ciptakan batu
Dengan akalmu, kau ubah energi listrik menjadi energi bunyi dan lahirlah radio
kau ubah menjadi energi panas dan lahirlah setrika
kau ubah menjadi energi gerak dan lahirlah kipas angin
Setelah kupikir sepanjang abad
Akhirnya kuputuskan bahwa energi adalah kekal
Seperti kekalnya ruh yang tak pernah mati"

Seperti Zahra, saya juga mencoba untuk mengisahkan sedikit dari perjalanan hidup Sigmund Frued, bapak Psikoanalisa melalui sebuah cerpen. klik disini untuk membaca :)

wallahu a'lam

1 comment

Blogger news

Blogroll