Mengapa Remaja Harus Paham Politik?

Apa yang terlintas di pikiran kita kaum muda, saat mendengar kata politik? Apakah gambaran tentang para caleg yang saling menjatuhkan rival politiknya? Atau tentang seorang menteri yang terjerat korupsi? Anggota dewan yang tidur saat sidang berlangsung? Ataukah mengenai pemerintah yang mengeluarkan kebijakan yang tidak pro rakyat?.

Bagi sebagian orang, membicarakan politik bisa jadi merupakan hal yang tidak menyenangkan, bahkan seringkali pesimisme timbul saat kita melihat gambaran mengenai hal-hal yang disebutkan di atas. Tapi nyatanya, politik tidak melulu berupa rentetan berita yang membuat telinga panas dan sesak dada. Begitu juga, siaran berita tentang perpolitikan nasional tidak hanya untuk konsumsi para orang tua. Di sini saya memiliki lima alasan mengapa kaum muda harus menanggalkan persepsi negatif mengenai politik dan kemudian berpartisipasi aktif di dalamnya:

Pertama, kita harus tahu bahwa politik adalah sarana untuk melakukan perubahan dan perbaikan. Sederhananya, hanya ada dua pekerjaan yang dilakukan dalam politik: menghimpun kekuasaan (machtvorming) dan menggunakan kekuasaan (machtaanwending). Jadi, jika anda sebagai ketua kelas mengajak teman-teman anda dari kelas lain untuk berkumpul, maka anda sedang menghimpun kekuasaan. Jika anda mengarahkan teman-teman anda untuk memprotes nilai “D” yang diberikan oleh dosen anda secara tidak adil, maka anda telah menggunakan kekuasaan. Dengan dua kekuasaan itu, tentunya kita dapat menciptakan perubahan, termasuk dalam menentukan kebijakan. Bandingkan apa yang bisa dilakukan oleh ketua BEM dan mahasiswa biasa untuk melakukan advokasi terhadap biaya SPP yang naik? tentu saja berbeda karena kita berbicara otoritas yang dimiliki keduanya. Ketua BEM tentu saja memiliki otoritas lebih sebagai perwakilan mahasiswa di mata birokrat kampus di banding mahasiswa biasa. Inilah keuntungan dalam berpolitik, kita “bermain” kekuasaan demi kepentingan orang banyak.

 Yang kedua, Dengan paham politik atau berkontribusi di dalamnya, kita bisa menjadi agent of control bagi pemerintah. Ketika harga BBM akan dinaikkan, remaja yang pada dasarnya mengikuti perkembangan politik tidak akan apatis saja dan menunggu dari depan televisi. Mereka terdorong dan mampu untuk menyuarakan pendapatnya, bahkan turun ke jalan untuk mendukung ataupun menolak kebijakan tersebut.

 Ketiga, Dengan paham politik kita lebih bisa menjadi warga negara yang cerdas dalam menentukan sikap dalam kehidupan berbangsa, memilih pemimpin, serta tidak mudah terprovokasi oleh isu yang ada. Dunia politik memiliki dinamika yang kadang sulit kita pahami. Kadang yang terlihat adalah keburukan yang pada akhirnya membuat sebagian orang malah menjadi skeptis terhadap politik. Mungkin kita pernah mendengar perkataan “berpolitiklah, jika tidak ingin dipolitisasi”, ungkapan ini sejalan dengan ucapan plato bahwa “One of the penalties for refusing to participate in politics is that you end up being governed by your inferiorsm” : salah satu hukuman bagi orang yang menolak berpartisipasi dalam politik adalah ia akan berakhir dengan dipimpin oleh orang yang lebih rendah darinya.

 Ada yang mengatakan politik itu kotor lalu ia tidak ingin terlibat di dalamnya. Benarkah demikian? Sebuah contoh dalam hal ini: pak Doni adalah seorang akademisi yang terkenal memiliki integritas. Suatu hari ia menolak lamaran sebuah Partai Politik dan menyarankan untuk memilih orang lain agar diusung sebagai calon walikota. Beberapa tahun kemudian, pak Doni menyesal akan keputusannya karena walikota yang menjabat terdengar melakukan korupsi dan tidak melakukan kontribusi apapun bagi daerahnya. Ia menyesal, mengapa tidak ia saja yang dulu maju dan melakukan perbaikan. Ini seringkali terjadi, di mana Pemilu Daerah diramaikan oleh para calon yang tidak semuanya kapabel. Maka akan lebih baik jika politik dimainkan oleh orang yang memang berkapasitas dengan integritas yang sudah terpercaya.

 Selanjutnya yang keempat, Politik adalah salah satu bidang aktualisasi diri bagi remaja. Seorang Bashaer Othman sempat membuat dunia takjub atas pencapaiannya: menjadi walikota termuda dalam usia 16 tahun. gadis itu memimpin kota asalnya sendiri, yakni Allar di Tepi Barat Palestina. Tidak asal menjabat, gadis itu membawa misi khusus bagi pemuda sebayanya. Sejak awal ia telah membawa misi perdamaian, tidak hanya dengan melakukan demonstasi yang seringkali dianggap negatif tapi juga melibatkan diri pada kegiatan yang lebih konstruktif seperti forum-forum pendidikan dan kebudayaan. Bashaer tidak main-main, pilihannya untuk terlibat dalam politik adalah bentuk aktualisasi dirinya yang memang memiliki jiwa kepemimpinan. Ia sangat bersemangat dan berharap dapat membagi pengalamannya tersebut kepada pemuda lain.

Setiap orang memiliki passion yang berbeda, Bashaer mungkin memiliki passion pada politik, dan menjadi walikota adalah caranya mengaktualisasikan diri, belajar dan merasakan bagaimana caranya memimpin dan mengatur kota serta masyarakat yang ada di bawahnya.

 Yang terakhir, Dengan paham politik kita bisa merencanakan tindakan bagi indonesia bahkan mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin di masa depan. Kita tentu mengetahui perjalanan politik bangsa ini. Mulai sejak kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi hingga hari ini. Tetapi, adakah manfaat wawasan tersebut bagi kita? Tentu saja ada: pengetahuan mengenai kondisi politik, ditambah dengan informasi yang kita miliki mengenai bidang lain seperti sosial, ekonomi, hubungan luar negeri, dan sebagainya menjadi bekal kita untuk dapat menerawang potensi dan ancaman Indonesia di masa mendatang serta mengetahui apa yang dibutuhkan oleh bangsa ini. Satu hal yang tak kalah penting adalah: pemimpin seperti apa yang dibutuhkan oleh negeri ini. Persiapan diri dapat dilakukan melalui banyak cara dan sarana. Hari ini banyak organisasi yang mewadahi kegiatan upgrading skill kepemimpinan serta menyediakan forum-forum diskusi mengenai kebangsaan. Sebut saja organisasi pergerakan yang masih eksis seperti HMI, KAMMI, PMII, IMM, yang memiliki konsep alur pengkaderan bagi anggotanya demi menyiapkan mereka menjadi pemimpin masa depan. Selain itu ada juga Parlemen muda, yakni pertemuan berskala nasional yang dihadiri oleh pemuda dari 33 Provinsi di Indonesia. Di sana mereka diberdayakan sebagai upaya untuk meningkatkan partisipasi pemuda dalam politik, utamanya dalam proses pembentukan kebijakan.

 Dengan beberapa alasan di atas, menjadi penting bagi kita untuk memahami politik bahkan terlibat di dalamnya. Akan tetapi, sejauh apa tolak ukur remaja yang terlibat dalam aktivitas politik? Apakah pengetahuan yang ia miliki harus sama dengan seorang pengamat politik atau anggota partai? Ataukah ia harus terlibat langsung dalam kapasitasnya sebagai aktivis gerakan mahasiswa? Yang pasti, asalkan remaja telah memilih untuk tidak apatis pada isu-isu maupun momentum politik yang ada, maka itu merupakan awal yang sangat baik baginya. Setidaknya ia sebagai remaja telah memiliki kepedulian dan kemauan untuk mencari tahu landasan bagi sikapnya: maka ia tidak akan tidur di rumah saja ketika semua orang pergi ke TPS saat pemilu tiba, bahkan ia telah mengantongi nama calon pilihannya berdasarkan analisis dari deretan calon yang ada, dan mempergunakan hak suara dengan sebaik-baiknya.

 Kesadaran maupun pemahaman politik merupakan bekal penting bagi remaja sebagai regenerasi kepemimpinan bangsa ini. keduanya dapat ditumbuhkan melalui partisipasi aktif: bagaimana mengamati, mendiskusikan isu-isu politik yang ada, bahkan belajar membuat kebijakan. Dan tidak ada yang singkat dalam proses regenerasi; maka kalau tidak sejak remaja, kapan lagi?.

7 comments

  1. Hai, salam kenal!
    Saya suka tulisanmu ini.. Gabung di bit.ly/Negarawan yuk!

    ReplyDelete
  2. Makasih artikelnya, sangat memebantu
    -ratih

    ReplyDelete

Blogger news

Blogroll