Berdamai dengan Kelemahan (Dari Kisah Nabi Musa as)

"Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" (QS. Adz-Dzariyaat: 20-21)

Saat diperintahkan menengok pada diri sendiri, pastilah ada keistimewaan di dalam sana. Dan tau gak, walaupun telinga kita sering dihibur dengan kalimat "no body's perfect" bukan hal itu yang seharusnya membuat kita bahagia, melainkan kesadaran bahwa "kesempurnaan" manusia sebenarnya terletak pada kelemahan-kelemahannya.

Mengapa? karena bagi manusia tak ada kesempurnaan, yang ada bahwa manusia mampu mencapai kondisi terbaiknya masing-masing. Caranya seperti kutipan yang saya cantumkan di sisi kanan blog ini:

The Strength of a person is often weighed by how they deal with their weaknesess 

Berdamai dengan kelemahan kita dan mencari cara agar kita bisa tetap berdaya meski memiliki kekurangan pada beberapa sisi diri.

Terkait ini, saya mengajak temen-temen untuk menengok ke sosok Nabiyullah Musa as yang kisahnya sangat banyak disebutkan Allah dalam Al-Qur'an. Bukan tentang mukjizatnya yang atas ijin Allah dapat mengubah tongkat menjadi ular atau membelah lautan, tapi bagaimana kisah Nabiyullah Musa as yang "berdamai" dengan kelemahannya.

Terkait ini kisahnyabisa kita baca pada QS. Al-Qashash ayat 33-35. Dikisahkan Nabi Musa as memohon kepada Allah untuk mengutus Harun membantunya dalam berdakwah

Musa berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku, telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku. Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkata- an)ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku." (QS. Al-Qashash: 33-34)

Nabiyullah Musa as mengakui kelemahannya dalam berbicara yang beliau khawatirkan dapat menjadi hambatan baginya. get the point? beliau ternyata gak over confidence meski ia telah berstatus sebagai Nabi, dan gak juga memaksakan dirinya dan begitu saja meminta pertolongan Allah untuk membuat lidahnya tiba-tiba menjadi fasih (walaupun itu gak mustahil dikabulkan oleh Allah). Tapi yang beliau lakukan adalah usaha yang sangat manusiawi, yaitu meminta rekannya yang lain yaitu Nabi Harun as -yang sudah diketahui potensinya dalam berbicara- untuk membantunya menunaikan tugas. Ini menandakan bahwa beliau menerapkan sunnatullah yang berlaku baginya sebagai seorang manusia.

Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang. (QS. Al-Qashash: 35)

Lalu, ayat di atas menunjukkan pelajaran bahwa Allah akan membantu hambanya yang telah berusaha (dalam hal ini Nabiyullah Musa dan Harun yang mempersiapkan diri menghadapi Fir'aun), dan memperlihatkan bahwa keberhasilan yang diraih oleh manusia tidak lepas dari pertolongan Allah.

Nah, dari sedikit hikmah kisah Nabiyullah Musa as di atas kita belajar bahwa kekurangan gak menjadikan kita lemah, selama kita punya cara untuk tetap memberdayakan diri. Tentunya, sambil memohon pertolongan dari Allah untuk menguatkan langkah kita dan memberi kemudahan dalam setiap usaha kita.

so, keep optimistic! :) aware of our weaknesess, and realize that we're not alone. 

6 comments

  1. Ah kerennya... Bgitukah hrusnya seorang. Menemukan kelemahan,jstru dr situ diuji hidupnya. Trimakasih kakak sm m0tivasinya

    ReplyDelete

Blogger news

Blogroll