Anak Delinquen, Salah Siapa?

Delinquensi anak tidaklah lebih daripada buah yang telah bertumbuh dari benih delinquensi orang tua, delinquensi keagamaan, delinquensi kependidikan, deliquensi pengadilan, dan delinquensi pemerintahan kota (Dr. Vincent P. Mazzola)

Sebenarnya istilah anak delinquen juga disematkan pada anak yang menunjukkan perilaku anti-sosial atau disosial. terlepas dari itu, saya sendiri percaya bahwa perilaku "bandel" anak baik yang sifatnya "ringan" hingga sampai ke taraf delinquen sangat dipengaruhi lingkungan di samping didikan orang tua sebagai sekolah pertamanya.

Lingkungan yang seperti apa? Dr. Vincent menyebut beberapa unsur lingkungan sebagai delinquen, bisa jadi karena ketidakstabilannya atau keberadaan norma dan nilai yang buruk di dalamnya: Delinquensi keagamaan: kita semua tahu bahwa Agama tidak mengajarkan kekerasan. namun pernahkah anda mendengar istilah ritualism? seseorang bisa mengikuti secara ketat suatu norma dalam kelompok tertentu. Ritualism bisa berkembang menjadi radikalisme jika seseorang mengikuti kelompok radikal, contohnya kasus Dani Dwi Permana, remaja yang melakukan bom bunuh diri di Hotel Marriot pada 2009.

Read more »

Kopdar

Untuk membicarakan project seminar, saya dan Lisa memutuskan untuk Kopi darat di Nombaca. Rumah baca yang katanya digagas setahun yang lalu itu ternyata milik seorang penulis lokal (maksud saya, asli kota Palu :-) )
Di sana juga rutin diadakan kegiatan dari Akademi Berbagi, semacam sharing dan belajar bersama mengenai skill tertentu semisal kepenulisan.
Setelah Palu Creative Fest beberapa waktu yang lalu, saya jadi tahu kalau di Palu sudah mulai bermunculan banyak komunitas anak muda dengan beragam minat dan fokus aktivitasnya. Ini bisa dibilang sebuah peningkatan, mengingat dulu yang saya tau belum banyak komunitas anak muda yang memikirkan kontribusinya di masyarakat.
Semoga terus bertambah upaya untuk memberdayakan kaum muda, konsisten, meski kecil namun mampu memberikan manfaat yang nyata.
Eh, ini dia foto di Nombaca. Bukunya bagus-bagus lho.. :)

Jika melihat "teori" mengenai fase perkembangan kematangan remaja, menginjak usia 16-18 tahun idealnya seorang remaja telah menyadari fungsi perannya dalam masyarakat. Namun pada kenyataannya kondisi lingkungan menyebabkan sebagian remaja tidak dapat mencapai kematangan tersebut, tidak penanaman ada nilai dan norma yang cukup untuk menguatkan karakternya sebagai seorang "pemuda".

lingkungan yang dimaksud tentunya berawal dari keluarga, kemudian lebih jauh teman se-pergaulan dan lingkungan sekolah. dari rumah hingga tempatnya menimba ilmu anak diharapkan dapat mempelajari skill kecakapan hidup, bagaimana membentuk pribadi yang baik dan mengolah kemampuan interpersonal. 

namun sayangnya keluarga juga lembaga pendidikan tidak selalu mampu membentuk atau memfasilitasi remaja untuk mengembangkan dirinya. jadilah tugas tersebut "diambil alih" oleh organisasi kepemudaan, LSM, atau yayasan yang memiliki program community development atau empowering bagi remaja. di UIN Malang, kami baru saja menggagas sebuah program pengembangan diri (yang masih dikhususkan) bagi mahasiswi, program tersebut kami beri nama "Link Genius".

Read more »

Anakmu bukan milikmu 
Mereka putra putri yang rindu pada diri sendiri 
Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau, 
Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu. 
Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan sodorkan 
Bentuk pikiranmu, Sebab mereka ada alam pikiran tersendiri. 
Patut kau berikan rumah untuk raganya, 
Tapi tidak untuk jiwanya, 
Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan, 
yang tiada dapat boleh kau kunjungi sekalipun dalam impian. 
Kau boleh berusaha menyerupai mereka, 
Namun jangan membuat mereka mnyerupaimu 
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur, 
Pun tidak tenggelam dimasa lampau. 
Kaulah busur, dan anak-anakmulah 
Anak panah yang meluncur. 
Sang Pemanah mahatahu sasaran bidikan keabadian. 
Dia menentangmu dengan kekuasaan-Nya, 
Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat. 
Meliuklah dengan suka cita dalam rentangan tangan Sang Pemanah, 
Sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat 
Sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang mantap 
(Kahlil Gibran)

Read more »

Hirarki Kebutuhan Nabi Ibrahim as

Hirarki kebutuhan Abraham Maslow adalah sebuah teori dalam Psikologi yang diajarkan kepada mahasiswa yang mempelajari ilmu perilaku. teori ini juga diajarkan kepada mahasiswa pemasaran demi memahami kebutuhan dasar para konsumen. Dalam studinya mengenai teori ini, Maslow, mempelajari hidup dari (yang ia sebut sebagai) "teladan" seperti Albert Einsten yang ia anggap "penuh" dan berbeda dari orang lain yang memiliki penyakit mental atau psikologis. Abraham Maslow dianggap sebagai salah satu pendiri psikologi Humanistik, dan teorinya lebih merupakan "pendekatan humanis menuju aktualisasi diri". teori ini sepenuhnya dijabarkan dalam bukunya Motivation and Personality.

Maslow menyatakan bahwa kebutuhan yang paling mendasar harus dipenuhi sebelum kebutuhan untuk beranjak pada level berikutnya sangat kuat terasa. Para kritikus berpendapat bahwa teori Maslow dipengaruhi oleh latar belakang etnisnya. Kritikus lain meyakini bahwa teorinya merupakan pendekatan individual yang kental terhadap kebutuhan. Pandangan humanistiknya tampak sangat mempengaruhi teori dan hal ini dibuktikan dalam penggunaan kata “harga diri” bukannya agama. Jadi, ada perbedaan pendapat mengenai hirarki kebutuhan yang benar atau apakah ada hirarki yang sifatnya umum.

Read more »

Blogger news

Blogroll