Oleh Pervisha Khan  (@khanumsays)

"Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. 66 : 8)

kita semua ingin menikah dan tinggal bersama pasangan yang cocok di sisa hidup kita. Terutama wanita. biasanya para wanita mengharapkan adanya seorang suami selama masa remajanya. bibit hasrat untuk segera menyempurnakan setengah agama sangat besar dalam diri wanita. mereka ingin memiliki pasangan yang dapat membuat hidupnya menjadi luar biasa seiring berjalannya waktu, dan anak-anak yang membuat rumahnya terasa bagai surga. ya, wanita mana yang tidak menginginkan rumah tangga sempurna dalam hidupnya?


setiap wanita menginginkan hal di atas. dan dengan impian itu, muncul dorongan pada banyak muslimah untuk menikah di usia muda. itu benar. sementara para lelaki tidak terpengaruh dengan dorongan ini, para wanita justru menginginkannya. semakin muda, semakin bagus.

Di satu sisi, tradisi ini seringkali menyebabkan harga diri rendah bagi muslimah lajang yang belum menemukan pasangannya, dan merasa seakan selamanya mereka akan terus sendiri. 

akhirnya mereka mulai mengalami depresi serius saat menyaksikan teman-temannya atau kawan sebayanya telah menikah. banyak yang malah merasa masa mudanya sia-sia jika mereka tidak menikah di usia muda. 

artikel ini ditulis sebagai hadiah dan nasihat dari seorang saudari kepada saudari lainnya di luar sana yang sedang merasa down dan butuh bantuan untuk merasakan cahaya iman. Aku berharap kamu dapat mengambil hikmah dari sini dan menghilangkan semua rintangan produktivitas, sebagaimana Islam menganjurkan kepada kita. 

Identifikasi Pikiran Negatif yang Menyebabkanmu Terpuruk
tahap pertama dan paling penting adalah menyadari hal dasar yang menganggumu menyandang status lajang. Lalu dengan hikmah, atasi anggapan tersebut dengan hal produktif dan halal dalam hidupmu untuk menghilangkan kesedihan dan mengubahnya kepada hal yang berkah.

aku telah mengurutkan pikiran-pikiran yang paling sering muncul dan menggoda kita ke hal negatif. enyahkan semua itu dengan penangkal, ukhti.. sebelum pikiran itu yang membunuhmu. 

1. betapa bagusnya aku, jika aku menikah di usia muda
2. apa yang akan terjadi padaku saat aku berumur 25 tahun? aku akan semakin tua
3. bagaimana aku bisa menikmati hidup jika tidak segera menikah?
4. oh tidak, apa yang akan dikatakan keluargaku! ia menyelesaikan pendidikan tapi belum juga menikah?!
5. mengapa Allah memberi ujian ini padaku
6. aku harus segera mencari suami atau aku akan terlalu tua saat menikah nanti
7. apakah aku jelek?
8. aku gagal..
9. mungkin aku harus melepas hijabku
10. dan lain-lain..

jika tidak ada di antara pikiran negatif di atas yang menghinggapimu, Masya Allah dan Subhanallah, selamat atas keyakinanmu kepada Allah dan ketentuannya. 

tapi jika ada di antara pikiran negatif itu menghampirimu, berhati-hatilah ukhty! kamu mengalami kondisi yang melumpuhkan jiwa dan produktivitasmu sebagai seorang Muslimah - Muslimah yang mampu membuat perbaikan di dunia dan kehidupan sesorang. 

ingatlah, musuh besar setan adalah jiwa yang paling mencintai dan taat kepada Allah subhanahu wa ta'ala, sehingga mereka selalu mencoba untuk mematahkan semangatmu dan merusak hidupmu. 

inilah di mana kamu harus bersikap bijak dan sabar. Allah berfirman dalam Al-Qur'an: 

"Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (QS. 9:51) 

6 Penangkal pikiran negatif dan kesedihan

1. Dedikasikan masa mudamu untuk Allah jika calon imam belum juga tiba
Alasan tidak dapat menikah bisa saja bervariasi, tapi bukan karena kamu belum bisa menikah maka masa mudamu atau keseluruhan hidupmu sia-sia, ukhty. Jika kamu menyesali kehilangan waktu untuk menunggu pujaan hati, balikkan keadaan dengan memanfaatkan setiap waktu masa mudamu untuk Allah dan kepatuhan padaNya. 

Dengan ini kamu tidak akan membuatmu bersedih dan menyesal kehilangan hari-hari indahmu. Faktanya, jika Allah ada untukmu setiap hari, apa yang hilang darimu? bagaimanapun juga tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di hari akhir adalah pemuda yang menghabiskan waktunya dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala (Bukhari-Muslim) 


2. Lakukan proyek mulia
Kamu adalah seorang pemuda. apakah kamu mau melewatkan masa emasmu karena disebabkan kesedihan sebagai lajang atau kamu pilih mengerjakan sesuatu yang produktif untuk mencapai Ridha Allah subhanahu wa ta'ala? sekali lagi, balikkan keadaan dan lakukan aktivitas luar biasa. jadikan kegiatan tersebut bermanfaat bagimu di dunia dan akhirat. 

kamu dapat memulai proyek mulia yang dapat kamu turunkan pada anak-anakmu atau generasi setelahmu. satu ide adalah memproduksi dan memperbanyak penulisan Al-Qur'an menggunakan kaligrafi yang indah. aku yakin kamu dapat menemukan ide-ide lainnya!

3. Jangan hiraukan perkataan orang. Hanya Allah pelindung dan penjagamu.
aku tahu desakan keluarga membuncah dan membuat hidupmu tidak bahagia. Dalam kutipan seseorang yang aku wawancara pada artikel ini, "tidak mudah (menghadapi) kerabat yang mengacau, tapi aku hanya fokus pada apa yang aku punya, bukan dengan apa yang tidak kumiliki, terutama tidak fokus pada opini orang lain tentangku. tapi tahu sendirilah, kata-kata mereka membuatmu sakit dan kamu tidak mampu tidak terpengaruh. jadi, ijinkan dirimu untuk sedih tapi kamu harus segera bangkit. itu yang aku lakukan. 

ingat bahwa perasaan sakit hanya kesedar kondisi pikiran. kamu dapat berpikir tentang apa saja termasuk rasa sakit. cobalah untuk tidak membenamkan dirimu dalam anggapan, hindari orang-orang yang cenderung pada keburukan, bijaklah dan keluarlah dari situasi yang tidak nyaman dengan sopan. Jika kamu merasa terbebani, berdoalah:


"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami." (QS. 2: 286)


4. Sadari bahwa kamu spesial dan terlahir dengan tujuan di di dunia ini. 
kita istimewa ukhty! ciptaan Allah yang spesial dengan misi di dunia ini. sejujurnya tidak ada yang salah dengan wajah, hijab, ataupun hidungmu. Hidup kita, sekalipun biasanya terisi dengan peristiwa yang tidak menyenangkan, tetaplah pemberian dari Allah. kita akan terus diuji. akan ada tangisan tapi juga selalu ada tawa dan cinta. kamu punya hak untuk menjalani hidupmu seperti yang kamu inginkan. Pernikahan bukan sesuatu yang bisa dipaksakan. Percayalah pada rencana Allah dan kuatkanlah dirimu.

 5. Ambil Rutinitas dalam hal pendidikan 
Ambil keuntungan pada waktu dan kebebasanmu untuk menginvestasikannya pada pendidikan. bisa jadi kuliah ata kursus bahasa. jangan menyia-nyiakan waktumu. Jadikan Sayyidina Aisyah radhiyallahu 'anha sebagai role modelmu dan lanjutkan pendidikan dengan penuh semangat. Beliau adalah salah satu wanita terbaik dalam Islam. Inilah kesempatanmu untuk mendidik dirimu dengan cara terbaik agar kamu bisa menjadi ibu dan istri yang terdidik di masa depan, Insya Allah.

 6. Sadari bahwa ada alasan mengapa Allah memilihmu (menghadapi ini) 
Beriman kepada Allah membutuhkan keyakinan yang menyeluruh atas kehendakNya kepadamu. cobalah menyendiri beberapa menit dan bicaralah pada dirimu. dan berikan alasan pada hatimu dan sampaikan pada nafsumu bahwa ada alasan mengapa Allah memilihmu menjalani situasi ini. barangkali Allah ingin agar kamu memenuhi tugas penting dalam hidupmu karenaNya, maka Ia memutuskan agar kamu tetap melajang sampai kamu dapat memenuhi tugas itu? atau mungkin Ia ingin memberimu sesuatu yang luar biasa dan mengharuskanmu untuk diuji. jadi, banyak beristigfar, dan berdoa kepada Allah untuk memberikanmu kemuliaan dan kedamaian, serta mengisi hatimu dengan ketulusan dan cinta. Kemudian berdoa untuk pendamping yang baik bagimu di masa depan. Selalu katakan "ya Allah, kapanpun Engkau inginkan aku untuk menikah, jadikan itu untuk kebaikan dan kebahagiaan"

 kata-kata terakhir 

 Jika kamu ingin mengambil doa dari Al-Qur'an, ambil dari ayat ini:
 Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. 25: 74) 
Jika kamu mengisi hatimu dengan kecintaan pada Allah dan RasulNya, aku menjamin rintangan serta pikiran menganggu mengenai pernikahan akan lenyap, dan kamu akan melihat dirimu sebagai Muslimah produktif yang membuat perbaikan di bumi Allah ini.

 Semoga Allah subhanahu wa ta'ala menjadi penerangmu, penerangku, dan cahaya bagi kita. Amiin.

source: Ways to Stay Proactive for Single Muslimahs
penerjemah: Ragwan Aydrus


Kapan saja kamu mendengar tentang Nabi Muhammad shallalahu 'alaihi wa sallam, kamu akan kagum dengan produktivitasnya. Beliau adalah seorang Nabi, Rasul, guru, pemimpin, ayah, suami, seorang sahabat dan manusia biasa. Beliau punya banyak peran dalam hidupnya, juga luar biasa dalam semua peran tersebut tanpa terkecuali. Itu membuatku bertanya, apakah Rasulullah seorang yang uni-task atau multi task?
 
Sebagian besar kita tumbuh di era multitasking, di mana kita tidak bisa menyebut diri kita produktif jika kita bukan seorang multitasker yang baik. Kamu diwajibkan untuk mengerjakan 10 hal dalam satu waktu, maka kamu harus bisa bertahan di abad 21 ini. Tapi, apakah itu masuk akal? setelah kita tahu bahwa multitasking itu tidak efisien (karena harus berpindah pada setiap tugas baru lalu kembali lagi), rumit, menimbulkan stres dan banyak kesalahan, dan ya..ini gila!

nah, mari kita menengok pada sejarah bagaimana cara  sosok produktif yang super sibuk (shallalahu 'alaihi wa sallam) itu melakukan pekerjaannya:
 
Menelusuri sejarah dan contoh-contoh penelitian, kita tidak menemukan satu bukti pun bahwa Nabi Muhammad shallalahu 'alaihi wa sallam ber-multitasking (kami bisa saja salah, tolong dibenarkan jika kamu memiliki contoh lain). Beliau selalu nampak berkonsentrasi penuh dalam satu pekerjaan dan menaruh perhatian padanya. Saat beliau shalat, beliau sangat khusyu dalam shalatnya. Saat beliau bersama keluarganya, beliau benar-benar menghadirkan diri bersama mereka (secara jiwa raga). Saat beliau dalam peperangan, beliau sangat totalitas. Kami tidak pernah melihat beliau terganggu atau tidak fokus. 

Dalam wawancaraku bersama Sheikh Tawfique Chowdhury pada musim panas yang lalu, Ia mengatakan sesuatu yang menohokku: Katanya, apakah kamu pernah mendengar bahwa istri-istri Nabi protes bahwa Nabi tidak menghabiskan cukup waktu bersama mereka? Mengapa begitu? Karena Nabi terbiasa menghabiskan waktu yang berkualitas bersama istri-istrinya. Walaupun beliau sangat sibuk dan memiki banyak peran, tapi beliau fokus pada setiap perannya saat itu dan tidak terganggu.


Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam mempunyai prioritas, tahu apa saja itu dan atas rahmat Allah subhanahu wa ta'ala menunaikan sebaik mungkin setiap prioritasnya sejauh kapasitasnya sebagai manusia, sehingga menjadi contoh bagi kita semua.

Kamu bertanya apakah itu mungkin, sedangkan kita berada pada abad ke 21. Hampir mustahil kita bisa bertahan jika tidak ber-multitasking. Tapi saya berpendapat lain. Multitasking tidak menghasilkan apa-apa selain perasaan stres dan kualitas kerja kita yang buruk, dan tidak pernah memberikan peluang pada keseluruhan potensi kita. Sebaliknya, multitasking menyebabkan kita tidak mampu menyelesaikan satu tugas pun!. Maka inilah waktunya untuk beralih dari gaya hidup gila ini kepada jalan hidup yang lebih alami. 

Lalu, apa itu uni-tasking dan bagaimana kita bisa mengembangkan kebiasaan uni-tasking ini?. Single-tasking adalah mengerjakan pekerjaanmu dalam satu waktu, di mana pekerjaan selesai dengan penuh fokus dan dedikasi. 

Di bawah ini ada 5 langkah yang di ambil dari buku Leo Babatua’on Focus yang sangat direkomendasikan untuk kamu baca:

1.  Sadar
saat kamu akan melakukan sesuatu, sadarlah saat kamu memulai aktivitas tersebut. Ketika kamu melakukannya, sadarilah bahwa kamu benar-benar melakukannya, dan hilangkan keinginan untuk beralih ke hal lain. memperhatikan adalah langkah pertama yang penting. 

2. Menghilangkan Gangguan
Saat kamu ingin membaca, bereskan hal-hal lain, sehingga kamu bebas dari hal apapun selain kamu dan buku bacaanmu itu. Saat kamu ingin menulis email, tutup semua program lain dan jendela browsing kecuali untuk email, itu saja. Jika kamu ingin menyelesaikan pekerjaan, bereskan hal lain yang masih ada, lalu matikan handphone. Jika ingin makan, jauhkan komputer dan peralatan lain serta matikan TV.

3. Memilih dengan Bijak
Jangan sekedar memulai mengerjakan sesuatu, tapi pikirkanlah- apakah kamu benar-benar ingin menyalakan TV? apakah benar-benar mau menulis email sekarang? apakah ini tugas penting yang bisa aku lakukan?

4.  Benar-benar Mencurahkan Perhatian (pada sesuatu yang sedang dikerjakan)
Jika kamu ingin berdzikir, lakukan dengan penuh konsentrasi, dedikasi yang penuh. Curahkan semua hal pada aktivitas tersebut. Saat kamu ingin mengobrol, dengarkan dengan baik, hadirkan dirimu. Jika kamu ingin membereskan kasurmu, lakukan itu dengan penuh perhatian sebaik yang kamu bisa.

5. Praktek!
Ini bukan hal yang akan kamu kerjakan semalam. kamu bisa memulai sekarang, tapi kamu tidak harus berhasil dengan baik pada awalnya. tapi pertahankan. praktekkan tiap hari, sepanjang hari. jangan lakukan yang lain kecuali praktek.

aku ingin kita semua melihat pada teladan terbaik dari Nabi terakhir kita (shallalahu 'alaihi wa sallam), dan tanyakan pada dirimu: apakah kamu dapat melakukan lebih baik daripada yang telah dilakukan oleh beliau?


source:
Did Muhammad (peace be upon him) Multi-task?
penerjemah: Ragwan Aydrus

"Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" (QS. Adz-Dzariyaat: 20-21)

Saat diperintahkan menengok pada diri sendiri, pastilah ada keistimewaan di dalam sana. Dan tau gak, walaupun telinga kita sering dihibur dengan kalimat "no body's perfect" bukan hal itu yang seharusnya membuat kita bahagia, melainkan kesadaran bahwa "kesempurnaan" manusia sebenarnya terletak pada kelemahan-kelemahannya.

Mengapa? karena bagi manusia tak ada kesempurnaan, yang ada bahwa manusia mampu mencapai kondisi terbaiknya masing-masing. Caranya seperti kutipan yang saya cantumkan di sisi kanan blog ini:

The Strength of a person is often weighed by how they deal with their weaknesess 

Berdamai dengan kelemahan kita dan mencari cara agar kita bisa tetap berdaya meski memiliki kekurangan pada beberapa sisi diri.

Terkait ini, saya mengajak temen-temen untuk menengok ke sosok Nabiyullah Musa as yang kisahnya sangat banyak disebutkan Allah dalam Al-Qur'an. Bukan tentang mukjizatnya yang atas ijin Allah dapat mengubah tongkat menjadi ular atau membelah lautan, tapi bagaimana kisah Nabiyullah Musa as yang "berdamai" dengan kelemahannya.

Terkait ini kisahnyabisa kita baca pada QS. Al-Qashash ayat 33-35. Dikisahkan Nabi Musa as memohon kepada Allah untuk mengutus Harun membantunya dalam berdakwah

Musa berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku, telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku. Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkata- an)ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku." (QS. Al-Qashash: 33-34)

Nabiyullah Musa as mengakui kelemahannya dalam berbicara yang beliau khawatirkan dapat menjadi hambatan baginya. get the point? beliau ternyata gak over confidence meski ia telah berstatus sebagai Nabi, dan gak juga memaksakan dirinya dan begitu saja meminta pertolongan Allah untuk membuat lidahnya tiba-tiba menjadi fasih (walaupun itu gak mustahil dikabulkan oleh Allah). Tapi yang beliau lakukan adalah usaha yang sangat manusiawi, yaitu meminta rekannya yang lain yaitu Nabi Harun as -yang sudah diketahui potensinya dalam berbicara- untuk membantunya menunaikan tugas. Ini menandakan bahwa beliau menerapkan sunnatullah yang berlaku baginya sebagai seorang manusia.

Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang. (QS. Al-Qashash: 35)

Lalu, ayat di atas menunjukkan pelajaran bahwa Allah akan membantu hambanya yang telah berusaha (dalam hal ini Nabiyullah Musa dan Harun yang mempersiapkan diri menghadapi Fir'aun), dan memperlihatkan bahwa keberhasilan yang diraih oleh manusia tidak lepas dari pertolongan Allah.

Nah, dari sedikit hikmah kisah Nabiyullah Musa as di atas kita belajar bahwa kekurangan gak menjadikan kita lemah, selama kita punya cara untuk tetap memberdayakan diri. Tentunya, sambil memohon pertolongan dari Allah untuk menguatkan langkah kita dan memberi kemudahan dalam setiap usaha kita.

so, keep optimistic! :) aware of our weaknesess, and realize that we're not alone. 

Pernah ngerasa hidup ini membosankan? Jenuh udah di titik nadir, gak semangat melakukan aktivitas seperti biasa? Putus asa mencari apa yang bermakna (bukan yang menyenangkan) dalam hidup ini, pokoknya berasa dalam penjara kegundahan sampai-sampai gak ngomong pengen mati aja itu udah bagus..hehe..

Saya pernah ngerasain itu.

Lho, kenapa? Bukannya saya punya semuanya - keluarga yang menyayangi, materi berkecukupan, teman-teman yang luar biasa baik, prestasi, dan semua yang seakan jadi alasan buat saya untuk selalu bahagia? 

Tapi kenyataannya gak juga kan (ini juga jadi bukti bahwa punya semuanya gak menjadikan kita orang yang paling bahagia), bukankah kata Sayidina Ali kw bahwa ada kalanya hati itu lelah, seperti lelahnya jasad ini..maka siramilah ia dengan hikmah.

Nah itu udah dapat tips dari Sayidina Ali kw. 

Read more »

Tentu menyenangkan memiliki anak usia dini yang sedang lucu-lucunya, tingkahnya yang menggemaskan seringkali menjadi penghibur hati orang tua dan keluarga. Karena belum mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, orang tualah yang menyiapkan apa yang ia butuhkan sebaik mungkin mulai dari pakaian, makanan, fasilitas, pendidikan, hingga kasih sayang. Walaupun sudah berusaha maksimal, terkadang orangtua masih kewalahan bahkan mungkin melakukan kesalahan dalam cara mendidik buah hatinya. Nah, beberapa kekeliruan di bawah ini dapat kita renungkan:

“MASIH KECIL KOK”
Anggapan ini biasanya menyebabkan orangtua tidak peka terhadap perilaku yang mereka tunjukkan di depan si kecil. Seringkali karena menganggap anak “masih kecil”, orangtua bebas memperlihatkan perilaku buruk di depan anak. Padahal “daya serap” anak di masa golden age ini justru lebih besar karena cara belajar utama mereka  melalui modeling. Dan satu-satunya model yang menjadi perhatian mereka adalah ayah dan bunda sendiri. Maka ketika bunda memaki-maki asisten rumah tangga di depan anak, jangan heran anak akan ikut berteriak kepada anda saat mereka kesal. Begitu pula, ketika ayah membuang sampah sembarangan, maka jangan heran anak juga tidak memperhatikan kebersihan.
Bagaimana sebaiknya?

Read more »

Dulu saya pernah berbisik dalam hati (untuk tidak mengatakannya berdoa) bahwa saya ingin benar-benar mengenal Tuhan melalui proses pencarian. Dan dalam benak saya menyanggupi betapapun sulitnya perjalanan itu nanti.

saya sangat menyukai satu momen dimana saya menemukan hal baru yang memuaskan hati dan menambah pengetahuan saya akan kehidupan. Saya tau dan semua orang tau dunia ini begitu luas. Dan saya ingin merasakan Tuhan dimanapun kaki saya berpijak.

Namun belakangan hari ini saya gelisah.
Entah apa karena bisikan hati saya tempo hari, apa karena desakan hati ini adalah awal dari pencarian panjang nanti.. Saya mulai bertanya tentang kebahagiaan, ketenangan, kehidupan yang menyenangkan, bermakna, penuh rasa syukur.

Saya tidak punya jawaban untuk itu, bahkan untuk menjawab apa itu bahagia (mungkin karena hati saya sedang diliputi rasa gelisah, was-was, takut, dan perasaan buruk lain). Hari-hari belakangan memang saya berada dalam kondisi terburuk saya: putus asa, hilang semangat, tidak percaya bahkan kadang benci kepada diri sendiri. Saya tidak puas dengan hidup saya saat ini. 

Read more »

Blogger news

Blogroll