Are U the Change Makers?


 “Skg ini zaman generasi yg tak peduli, apatis trhdp apa yg trjadi, buat apa ngoceh, klo mentoknya cuman sebatas retorika belaka, & liatlah, hanya politik uang & janji kosong yg menang, itulah politik, yg kotor & busuk..”“Memperbaiki sistem??? Wakakaka cuma bisa berakhir pada tulisan semata, sistem yg sdh berakar berpuluh tahun lamanya mau diubah hanya sekejap membalik telapak tangan?? Oowwhh tidaak bisaaaa kata sule.. Skali org itu sdh terjun ke politik indon, maka sistem yg akan merubah sifatnya yg idealis pragmatisbuat apa kita ngurus negara yg sistemnya bobrok penuh koruptor yg saling kedipan mata dgn pejabat negara, klo anak istri dirumah kelaparan..


Yang di atas adalah copy paste dari beberapa penggalan komentar seorang kawan pada status facebook saya. Kami saling beradu argumen sampai akhirnya saya putuskan untuk tidak merespon lagi. saya sangat mengenali watak teman saya yang keras kepala itu, di samping –terus terang- argumen yang ia lontarkan dengan berapi-api itu cukup menohok bagi saya. Tapi saya juga berterima kasih karena komentarnya itu saya merasa harus membuat tulisan ini. 



Sebelumnya apa pendapat anda akan terhadap komentar kawan saya di atas? Ada yang pernah menjumpai pernyataan seperti itu sebelumnya? Apa perasaan anda, Resahkah seperti halnya saya, biasa-biasa saja, atau malah anda juga sependapat dengan kawan saya?Di awal komentarnya, kawan saya itu mengakui dirinya apatis dan ia seakan bangga mengakui itu. Memang sangat manusiawi, benar-benar hal yang wajar jika anda memilih bersikap sama saat menghadapi situasi perpolitikan Indonesia (saya ambil contoh ini) yang biki gerah dan hampir melewati ambang batas kesabaran rakyat biasa.



Namun satu hal yang tak boleh anda lupakan: realitas boleh sama, kita sama-sama berada di bumi Indonesia yang sekarang sedang banyak “dicoba”, tapi ada hal yang membuat sikap kita berbeda: kepercayaan kita tentang realitas itu. Saya berani menjudge anda sebagai penganut teori evolusi jika anda sepaham dengan kawan saya bahwa perubahan itu akan terjadi dengan sendirinya (sampai perpolitikan Indonesia menemui momentumnya untuk membaik, kapaan??). Namun saya akan menempatkan anda sebagai penganut teori penciptaan ala Islam saat anda mengakui bahwa perubahan itu diciptakan: ya, kita perlu change maker(s)!

Hampir semua orang menggerutu dan menghujat pihak-pihak tertentu saat anak-anak di kawasan terpencil tidak bisa mendapat pendidikan yang sama sebagaimana anak-anak yang tinggal di perkotaan, namun hanya Anies Baswedan dan mungkin beberapa orang lain yang berinisiatif untuk melakukan gebrakan yang luar biasa: Indonesia Mengajar. Anies merekrut puluhan sarjana muda untuk tinggal selama setahun di desa terpencil dan mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar. Alhasil lahirlah Indonesia Mengajar pada 2009 dan kini telah memiliki puluhan alumni pengajar muda.



Juga, hampir semua orang (bahkan mungkin kita sendiri) mengeluh akan wabah pragmatisme dikalangan mahasiswa hari ini. kita prihatin memang, namun hanya sedikit dari kita yang mau mewujudkan keprihatinan itu dalam suatu aksi perbaikan sebagaimana Iman Usman (19). Founder Indonesian Future Leaders (IFL) itu masih berstatus mahasiswa, namun sepak terjang dan inisiatifnya untuk mendirikan organiasi pemuda bertaraf nasional patut diacungi jempol. Hingga kini Iman dan kawan-kawannya telah melakukan beberapa proyek sosial dan pemberdayaan pemuda, dan yang paling membanggakan adalah, mereka juga mendirikan Parlemen Muda Indonesia (bertaraf nasional) yang aktivitasnya mirip dengan anggota dewan kita: mengambil kebijakan. Gerakan ini didedikasikan untuk pendidikan demokrasi kepada pemuda dan advokasi isu. Nah kalian penganut teori evolusi, masih tidak percaya bahwa perubahan itu diciptakan?


Memang, perubahan itu tidak selalu mudah, tapi juga tidak selamanya sulit. Namun yang pasti perubahan itu memerlukan pengorbanan, apakah itu waktu, tenaga, harta, bahkan jiwa kita sekalipun. Orang-orang besar dalam usahanya melakukan perubahan banyak yang berakhir di penjara atau bahkan dihukum mati. Nabi Muhammad Saw. harus berhijrah meninggalkan kampung halamannya dalam usaha merubah tatanan masyarakat jahiliah melalui kemuliaan Islam. Tapi, satu hal yang perlu disadari, tidak setiap perubahan menghasilkan pembaruan. Pengikut Nabi Nuh as. Hanya segelintir meski telah ia telah berdakwah selama ratusan tahun. Begitulah tantangannya: tidak semua orang bisa diajak melihat perubahan. 


Menurut Rhenald Kasali, tantangan itu ada disebabkan sebagian besar orang malah hanya melihat dengan mata persepsi. Hanya mampu melihat realitas, tanpa kemampuan melihat masa depan. Oleh karena itu, persoalan besar perubahan adalah mengajak orang-orang melihat apa yang anda lihat dan mempercayainya.


Memang, tidak setiap orang merasa wajib untuk menjadi change maker(s). Namun akan selalu ada orang-orang yang berusaha untuk menghasilkan perubahan meski dengan resiko hingga berdarah-darah. Permasalahannya, apakah anda ingin ikut serta?



1 comment

Blogger news

Blogroll