Belajar #2 : Semuanya Berawal dari Karakter (Part II)

Menurut saya, Satu hal yang menjadi titik temu dari beberapa materi FIM14 di hari pertama adalah pentingnya building character. mulai dari karakter invidual setiap orang, sehingga menjadi sebuah ciri kolektif karakter sebuah bangsa. kita secara personal dapat sukses melalui karakter yang kokoh, begitu pun sebuah bangsa dapat menjadi besar karena kekuatan karakter masyarakatnya.

Pada stadium general, oleh bapak Ery Sudewo kami di ajak melihat ironi dari banyak kerusakan yang terjadi di Indonesia: pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, korupsi, problem pendidikan, sosial, dan ekonomi lainnya. sementara makin hari, masyarakat Indonesia makin pragmatis. Mengapa? salah satu sebabnya karena pendidikan kita yang berat sebelah pada mengembangkan kompetensi (ingat KBK tahun 2004?) padahal pendidikan sebaiknya mengembangkan dua hal penting, yaitu Kompetensi dan Karakter.

bukan hanya itu, kultur Indonesia juga mendukung setiap orang untuk hidup dalam suasana passengers dan ketidakmandirian. Rhenald Kasali pada sesi keynote speech menunjukkan beberapa foto anak-anak Indonesia yang sedang dibedong, digendong, dan dituntun oleh orangtuanya "inilah yang menjadikan kita berkarakter seperti penumpang. tidak peduli pada kondisi jalanan, dan menuntut supir untuk paham segalanya".

kita menjadi takut untuk mengambil resiko, menjadi tidak mandiri, dan sering mencari-cari alasan atas ketidakmampuan kita "padahal, jika kita mau, kita akan mencari jalan, simple!" sindir pak Rhenald.

padahal, untuk menjadi pemimpin dan mampu menggerakkan orang lain (apalagi memimpin bangsa ini), kita perlu selesai dengan diri kita dulu "if you can drive your self, you can drive your company". jadi, pimpin diri sendiri dulu, barulah lead others, company, dan nation. self driver memiliki karakter disiplin, percaya diri, dan tentunya insiatif.

selanjutnya pak Rhenald menyinggung dua karakter berpikir orang kebanyakan menurut Carol Wide, yaitu fix mindset dan growth mindset. fix mindset ditandai dengan karakter berpikir orang yang tidak menyukai tantangan baru, marah jika dikritik, dan jika menemui orang yang lebih baik dari dirinya, maka akan dimusuhi. sedangkan growth mindset adalah kebalikannya.

jika dilihat, ciri fix mindset sama dengan ciri orang yang memiliki harga diri rendah. dan ini dibahas dengan sangat menarik oleh Bunda Elly Risman pada sesi Mengenal Diri. di awal, kami diajak berpasang-pasangan untuk saling menanyai potensi masing-masing "tepuk bahu kawanmu tiga kali, dan tanyakan APA POTENSIMU?"

ternyata, tidak mudah untuk menyebutkan potensi diri sendiri. ada yang kelamaan mikir, ada yang tidak bisa membedakan potensi dengan sifat atau kebiasaan. "kenapa nak, sepertinya susah untuk menyebutkan potensi diri sendiri?" tanya bunda Elly.

kenyataannya, kita lebih mudah untuk menilai orang lain daripada menilai diri sendiri. kita jarang melakukan look in (melihat ke dalam diri) untuk mengenal karakter dan potensi yang kita miliki. padahal, dalam hidup ini kita harus dapat menjawab empat pertanyaan mendasar : siapa saya? dari mana saya? sedang di mana saya? mau ke mana saya?

kita seringkali larut dalam kesibukan dan akhirnya terlambat menyadari pentingnya empat pertanyaan tersebut, akibat fatalnya adalah kita kehilangan diri sendiri "banyak yang datang pada ibu di usia setengah baya dalam keadaan disorientasi, jangan sampai kalian seperti itu, lebih baik kita menyadarinya selagi masih muda" kata bunda Elly dengan wajah serius. 

kita dibentuk oleh faktor keturunan sebanyak dua puluh persen, dan lingkungan delapan puluh persen. Bunda Elly lalu memperlihatkan cuplikan video proses kejadian manusia di rahim ibu, betapa setiap kita adalah spesial dan memiliki fitrah yang baik apapun agamanya. namun setelah lahir, faktor pengasuhan memiliki peran penting dalam pembentukan kepribadian kita selanjutnya. 

tidak sedikit anak yang dibesarkan dalam suasana pengasuhan yang kurang hangat. orang tua yang selalu menuntut, dan tidak memberikan kasih sayang yang cukup bagi anak. orang tua menuntut anak menjadi ini itu, sementara mereka "pergi pagi saat anaknya belum bangun, dan pulang malam saat anaknya sudah terlelap". 

akibatnya, anak memiliki harga diri yang rendah "remaja-remaja yang mudah diajak kabur oleh teman facebooknya adalah contoh anak dari orang tua seperti itu" tandas Bunda Elly. termasuk juga remaja yang sering melakukan kekerasan, juga anak korban pornografi "apakah ada orang tua yang memberikan handphone kepada anaknya sambil menasehati mereka bahwa Allah MahaMelihat apa yang mereka kerjakan?" tanya Bu Elly kepada kami "ada yang orang tuanya seperti itu?"

kami serentak menggeleng. dan memang, selain orang tua tidak memperingatkan, kebanyakan juga  tidak mengetahui bahaya gadget dan konten negatif apa yang mudah diakses oleh anak-anak.

"banyak orang tua yang tidak siap menjadi orang tua" lanjut bu Elly "mereka hanya menikah tanpa sebelumnya dipersiapkan menjadi ayah atau ibu" padahal, ada tujuh tujuan pengasuhan:
  • menjadikan anak sebagai hamba Allah yang baik
  • menyiapkan anak menjadi suami atau istri
  • menyiapkan anak menjadi ayah atau ibu
  • menyiapkan anak menjadi seorang profesional
  • menjadikan anak laki-laki sebagai pendidik bagi istri dan anaknya
  • menjadikan anak laki-laki sebagai pengayom
  • menjadikan anak bermanfaat bagi orang lain.
bu Elly juga sangat menekankan peran ayah agar anak lebih bisa mendapatkan sense of independence, juga membantu mereka mengembangkan harga diri yang sehat, yaitu saat anak merasa dicintai dan dihargai kemampuannya.

kalau dipikir, berangkat kuliah saja kita punya tujuan, apalagi mendidik anak yang prosesnya dilakukan bertahun-tahun, anak yang menjadi titipan Allah dan "investasi" bagi orang tua: tentu gak main-main dong.

jika seandainya kesadaran untuk melakukan parenting yang baik dimiliki oleh banyak orang tua di Indonesia, kita tentu tidak terlalu khawatir bangsa ini akan kehilangan karakter, karena fondasinya telah sempurna dibentuk dari rumah: yaitu anak dengan harga diri positif, ia mampu memimpin orang lain, dan memiliki potensi untuk memimpin bangsa ini.

wallahu a'lam
*tulisan ini telah disarikan dari beberapa sesi materi

2 comments

Blogger news

Blogroll