(Sekedar) Mengingat Tuhan

Pernah melihat kuda berkepala kera dan bersayap merpati?. Lalu apa yang terjadi jika ada hewan seperti itu muncul di dekat rumah anda? Saya yaki banyak orang akan langsung ketakutan dan menganggap bahwa kiamat sebentar lagi terjadi. Tapi, bagaimana jika hewan seperti itu tidak hanya satu, melainkan semua kuda di dunia ini berwujud seperti itu? Apakah anda masih akan kabur?

Ya, mungkin pemisalan di atas memang agak ekstrim. Tapi saya hanya ingin mengatakan bahwa sesuatu itu akan dianggap aneh jika memang kita tidak pernah atau jarang menemuinya, tapi jika sudah sering maka sebaliknya. Anda pasti sudah tidak asing dengan kucing, tapi ia akan menjadi sangat menarik bagi seorang balita karena yang dilihatnya adalah sesuatu yang berjalan, bersuara namun tidak sama dengan dirinya dari bentuk dan ukuran.

Lebih lanjut lagi, sesering apa anda memikirkan tentang eksistensi diri anda? Lingkungan anda? Atau lebih luas lagi alam semesta ini?

Apa saja yang membuat anda terkagum-kagum?

Apa saja yang membuat anda semakin merasa ingin tahu?

Hal yang membuat saya kagum dan makin diliputi rasa ingin tahu adalah saat saya memikirkan Tuhan.
Tuhan dan segala interaksi penciptaanNya.

Bukankah menakjubkan saat kita menyadari bahwa ada sesuatu- Zat yang sangat besar dan kekuasaanNya tidak memiliki tandingan- sedang mengawasi kita di suatu dimensi yang tidak terikat ruang dan waktu? Mengawasi saya yang sedang menulis tulisan ini, mengawasi saya yang tadi sedang mandi, atau saya yang setelah ini akan pergi berbelanja. Dan bukan hanya saya, tapi mengawasi anda juga di waktu yang sama. Juga bukan hanya saya dan anda, tapi juga seluruh manusia di muka bumi ini, bahkan seekor cacing yang merambat di dalam tanah. Dan oh, tidak hanya di bumi, tapi juga di langit, dengan beberapa lapisannya.
Bukankah ini menakjubkan?

Biasa saja? Mungkin anda yang jarang merasakan.

Ia sesuatu yang nampaknya sangat jauh (jika anda berdoa, anda pastilah akan menengadah ke langit) tapi tidak, Ia katakan diriNya dekat, bahkan lebih dari urat nadi.

Ini tentu lebih hebat dari layar pemantau manapun yang pernah anda lihat atau bayangkan.

Lalu, Zat yang tak terlihat itu menugaskan setiap umat manusia dengan tugas khusus: memakmurkan bumi.
Entah bagaimana caranya, hanya Ia memberikan setiap manusia bekal yang sama: jasad, akal, dan nafsu.
Kemudian, Ia berikan 2 jalan yang berbeda: jalan pertama Ia namakan jalan kebaikan yang menurutnya dapat menenangkan hati dan membantu manusia menuju kebahagiaan hakiki. Jalan kedua Ia namakan jalan keburukan yang membuat manusia gelisah dan membawa pada kesengsaraan bagi mereka.

Sudah Ia jelaskan semuanya, bahwa manusia bebas memilih.

Mudah sekali ya? Secara naluriah manusia yang lemah menginginkan kebahagiaan. Maka tentu saja ia akan memilih jalan pertama!

Tidak juga, meski Ia bebaskan manusia memilih, tetap ada ujian kepantasan untuk kebahagiaan yang hakiki.
Manusia akan melawan tentara-tentara Iblis yang diusir dari surga. Dengan tangan kosong melawan ciptaanNya yang tak kasat mata. Belum lagi dari dalam ia digempur dengan dorongan nafsu yang seringkali menjerumuskannya. Manusia yang lemah harus berjuang, sendiri-sendiri dengan pilihannya. Ada yang tak kuat lalu mengalah oleh musuhnya, ada yang terus melawan meski jatuh bangun lelahnya, ada yang bahkan hampir menang dan ditakuti musuhnya.

Manusia itu lemah, lalu apa senjatanya?
Senjatanya sederhana. Hanya yakin atas keberadaan Zat yang maha Besar tersebut, lalu menjalankan apa saja yang Ia suruhkan dan larang. Untuk tahu apa saja itu, ada sebuah buku pedoman supaya manusia tahu apa yang harus mereka lakukan. Tidak hanya itu, ada beberapa manusia pilihan yang diutusnya di tengah-tengah mereka. Dan satu orang yang paling utama yang harus manusia ikuti. Kelak, suatu kehormatan jika bisa menemui Zat Tuhan dan utusan mulia tersebut di kehidupan setelah dunia berakhir.

Ada satu lagi yang membuat tugas khusus menjadi lebih berat. Yaitu segala sesuatu bergantung pada seberapa yakin seorang manusia tentang kebenaran tugas itu, tentang Sang Pemberi Tugas, Para utusan, juga buku pedoman yang usianya telah ratusan tahun itu. Keyakinan akan membuat tugas mereka jauh lebih mudah. Namun, untuk yakin manusia butuh pengetahuan tentang segala yang penting. Jadilah ada manusia yang sangat tahu sampai mengalami, sangat tahu dan merasakan, tahu dan mempercayai, sekedar tahu, hingga sama sekali tidak tahu.

Inilah yang membuat setiap manusia laksana menebak-nebak nasib dirinya di pengadilan yang telah dijanjikan. Terkadang hingga mereka saling bertengkar mengenai siapa yang benar. Dan Sang Pemilik Kuasa tidak pula menunjuk satu golongan pun kecuali hanya cirinya. Maka tidak ada yang tahu bagaimana akhir kisah hidupnya selain manusia menyiapkan diri dengan melakukan apa yang ia yakini. Hal-hal yang belum pasti benar, dan mungkin juga tidak salah.

Semua sangat menakjubkan!

Karena ini bukan perang seperti yang kita sering lihat.
Ini adalah pertempuran satu banding banyak kekuatan tak kasat mata yang hanya bisa dirasakan bagi yang mau sadar. Bahwa perang ini pasti ada akhirnya. Bahwa Sang Pemberi Tugas memang nyata dan manusia harus menerima kenyataan untuk menaatiNya. Juga hukuman di pengadilannya nyata, bagi siapa yang tidak menjalankan tugasnya.

Lalu kata "Tuhan",
Apakah tetap menjadi santapan telinga?

3 comments

Blogger news

Blogroll