PUZZLE

Katanya, hidup ini seperti potongan puzzle. Kita menyusun kepingan-kepingan cerita dari ribuan hari yang telah kita lalui menjadi keseluruhan diri kita. Segala hal yang tejadi, membentuk sebuah pengalaman dan berkaitan satu sama lain, dengan cara yang wajar atau bahkan di luar dugaan. 

Aku merasa ini yang kedua. Waktu itu aku menonton sebuah program TV yang menayangkan beberapa orang pemuda berprestasi yang memperebutkan gelar the next leader. Aku menonton dan melihat belasan peserta dengan sangat kagum. Kecerdasan mereka, kecakapan mereka meramu wawasannya dan merangkai itu semua dalam kata-kata yang mereka gunakan untuk mendebat peserta lain sebagai rivalnya. Aku kagum dengan mereka semua, dan satu peserta yang pada akhirnya menjadi pemenang. Aku tidak heran, the next leader itu entah mengapa lebih terlihat berkarisma dibanding peserta lain, mungkin begitu pula di mata para juri. Ia tenang dalam menyampaikan jawaban dan tak terpancing emosi meski dimomen debat itu , sebagaimana khas anak muda, semua ingin berbicara ingin menunjukkan kelebihan mereka. Tapi sosok itu tidak.

Read more »

Kita mengenal 5 perspektif yang paling dominan membicarakan manusia dalam teori Psikologi. Ke-lima mazhab besar itu adalah Psikoanalisa, Behavioral, Humanistik, Kognitif, serta Biologis. Masing-masing mazhab memiliki pandangan tersendiri mengenai sifat manusia. Sebagai contoh, secara umum perspektif Biologis dan Psikodinamika meyakini bahwa perilaku manusia ditentukan oleh pembawaan dasarnya, seperti genetik, neural, hormonal, evolusi, dan faktor insting ketidaksadaran. Sementara perspektif Behavioris dan Humanistik mempercayai bahwa faktor lingkungan (environmental) dan internal diri (self) lebih memiliki pengaruh pada perilaku kita. Selanjutnya aliran Kognitif berpendapat bahwa baik faktor alamiah seperti potensi otak, serta faktor pengasuhan (nurture) seperti kognisi dan proses belajar berperan besar dalam membentuk perilaku kita.

Sejenak mungkin anda akan mengangguk-angguk setuju pada beberapa pandangan dominan di atas, karena memang ada benarnya. Tapi tunggu dulu, kami beri ilustrasi: jika kita ibaratkan pandangan-pandangan tersebut sebagai beberapa orang buta, maka ketika mereka meraba tubuh gajah, mereka akan mendeskripsikan tubuh gajah tersebut sebagaimana apa yang mereka sentuh. Jika yang satu memegang belalai, ia akan mengira gajah bertubuh panjang seperti ular. Ketika yang satunya meraba telinga gajah, ia akan berasumsi bahwa tubuh gajah lebar dan pipih. Dan seterusnya. Tidak ada dari ke-lima orang buta tersebut dapat mendeskripsikan tubuh gajah secara kesuluhan dengan benar. Karena pada dasarnya mereka menyentuh bagian-bagian yang berbeda satu sama lain. begitu juga lima mazhab di atas.

Read more »

Saya Sungkan!

Suatu hari di kelas Antropologi, dosen saya menjelaskan tentang bagaimana Psikologi Barat kontemporer tidak ramah terhadap perbedaan karakter masing-masing masyarakat di daerah berbeda. Misalnya saja, teoritikus Psikoanalisa akan menganggap wanita-wanita Arab mengalami kelainan fungsi seksual karena mereka begitu “pemalu”, menutup diri, dan tidak peka pada istilah-istilah seksual semacam masturbasi.

Setelah berpanjang lebar, dosen saya itu meminta kami untuk berdiri dan bercerita tentang perkuliahan, seakan-akan sedang mengobrol dengan orang tua kami di rumah. Pertama kali, beliau menunjuk kawan saya yang asli Jawa (saya lupa tepatnya daerah apa).

Read more »

Seorang guru SD di Jawa Timur ‘dihakimi’ oleh para orang tua siswa dan masyarakat sekitar karena dianggap kerap kali bertindak kejam terhadap siswanya. Selain memarahi dan menghukum, sang guru juga sering melontarkan kata-kata yang menyakiti hati anak didik dan membuat mereka merasa minder dan ketakutan.

Cerita lain datang dari beberapa siswi di sebuah Sekolah Menengah Atas (SMA) di Sulawesi Tengah. Masyarakat setempat dihebohkan oleh pemberitaan mengenai beberapa siswi yang melakukan kekerasan pada teman sekolahnya. Aksi itu dimulai dengan membawa siswi tersebut ke tempat sepi. Disana pelaku menampar, memukuli dan mencubiti alat kelamin kawannya tersebut sambil melemparkan kata-kata kasar. Aksi itu diketahui berlatar belakang rebutan pacar (detik.com 14/11/2011).

Kedua kasus kekerasan di atas tentunya sering kita temui terutama pada lembaga pendidikan - apakah itu pada jenjang SD, SMP, maupun SMA, dengan motif yang berbeda-beda. Bentuk kekerasan yang muncul umumnya dilakukan oleh siswa kepada siswa lain, guru kepada siswa, bahkan siswa kepada gurunya. Kekerasan tersebut sebagaimana dua contoh di atas dinamakan bullying. 

Read more »

Are U the Change Makers?


 “Skg ini zaman generasi yg tak peduli, apatis trhdp apa yg trjadi, buat apa ngoceh, klo mentoknya cuman sebatas retorika belaka, & liatlah, hanya politik uang & janji kosong yg menang, itulah politik, yg kotor & busuk..”“Memperbaiki sistem??? Wakakaka cuma bisa berakhir pada tulisan semata, sistem yg sdh berakar berpuluh tahun lamanya mau diubah hanya sekejap membalik telapak tangan?? Oowwhh tidaak bisaaaa kata sule.. Skali org itu sdh terjun ke politik indon, maka sistem yg akan merubah sifatnya yg idealis pragmatisbuat apa kita ngurus negara yg sistemnya bobrok penuh koruptor yg saling kedipan mata dgn pejabat negara, klo anak istri dirumah kelaparan..


Yang di atas adalah copy paste dari beberapa penggalan komentar seorang kawan pada status facebook saya. Kami saling beradu argumen sampai akhirnya saya putuskan untuk tidak merespon lagi. saya sangat mengenali watak teman saya yang keras kepala itu, di samping –terus terang- argumen yang ia lontarkan dengan berapi-api itu cukup menohok bagi saya. Tapi saya juga berterima kasih karena komentarnya itu saya merasa harus membuat tulisan ini. 


Read more »

Blogger news

Blogroll