Pelajaran dari Ruang Kelas

setelah terlihat dengan raut wajah kebingungan, sang dosen menghela nafas dan mencoba tersenyum semanis mungkin. mahasiswa yang diajarnya hanya bisa bengong, sebagian cuek saja, sisanya mungkin merasa bersalah karena tidak bisa memberifeedback terhadap rumus statistika yang baru saja ia terangkan.
sejurus kemudian beliau berkata “remaja mempunyai posisi dimana dalam tahap perkembangan kognitif (piaget)?”
mahasiswanya diam
“bukankah dalam tahap operasional formal?”
sebagian mahasiswa masih diam, beberapa di antaranya mengangguk mengiayakan.sang dosen tertawa kecil “berarti seharusnya sudah bisa berpikir abstrak?”
mahasiswanya ikut-ikutan tertawa, yang lainnya misuh-misuh tak terima. yang barusan adalah sindiran halus, sekedar ekspresi kekesalan sang dosen.
“apakah saya harus mengajar layaknya kepada anak yang berada di tahap operasional konkrit?” lanjutnya
karena tak ingin ‘dilecehkan’ seperti itu, sebagian besar mahasiswa menggeleng, artinya “ayo kita main abstrak-abstrakkan” walaupun sebenarnya jika ingin memahami materi itu, sebelumnya perlu menguasai materi dasar statistika. jadilah mahasiswa di kelas tersebut berusaha sedapat mungkin untuk fokus, jika tak bisa, mereka tinggal menganguk-angguk, berlagak paham.
pertanyaan besar saya, apakah sesuatu yang abstrak seperti rumus-rumus matematika, kimia, fisika, dll dapat diterangkan dengan mudah seperti hal-hal yang konkrit lainnya? mungkinkah?
in this case, saya langsung teringat akan metode pengajaran Rasulullah saw, dimana beliau mampu memberi pengajaran kepada para sahabatnya radhiyallahu anhumdengan sangat brilian. di antara cara yang beliau gunakan untuk memudahkan pemahaman para sahabatnya adalah dengan menggunakan perumpamaan, misalnya saja :
  • Dari Abu Musa r.a. juga, katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: ”Sesungguhnya perumpamaan dari petunjuk dan ilmu yang dengannya saya diutus oleh Allah itu adalah seperti hujan yang mengenai bumi.Di antara bumi itu ada bagian yang baik,yaitu dapat menerima air, kemudian dapat pula menumbuhkan rumput dan lalang yang banyak sekali, tetapi di antara bumi itu ada pula yang gersang, menahan masuknya air dan selanjutnya dengan air yang tertahan itu Allah lalu memberikan kemanfaatan kepada para manusia, karena mereka dapat minum daripadanya, dapat menyiram dan menanam. Ada pula hujan itu mengenai bagian bumi yang lain, yang ini hanyalah merupakan tanah rata lagi licin. Bagian bumi ini tentulah tidak dapat menahan air dan tidak pula dapat menumbuhkan rumput. Jadi yang sedemikian itu adalah contohnya orang yang pandai dalam agama Allah dan petunjuk serta ilmu yang dengannya itu saya diutus, dapat pula memberikan kemanfaatan kepada orang tadi. Maka orang itupun mengetahuinya – mempelajarinya, kemudian mengajarkannya – yang ini diumpamakan bumi yang dapat menerima air atau dapat menahan air, dan itu pulalah contohnya orang yang tidak suka mengangkat kepala untuk menerima petunjuk dan ilmu tersebut. Jadi ia enggan menerima petunjuk Allah yang dengannya itu saya dirasulkan – ini contohnya bumi yang rata dan licin.” (Muttafaq ‘alaih)
  • Dari Jabir r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda:  ”Perumpamaanku danperumpamaan engkau semua itu adalah seperti seorang lelaki yang menyalakan api,kemudian banyaklah belalang dan kupu-kupu yang jatuh dalam api tadi, sedang orang itu mencegah binatang-binatang itu jangan sampai terjun di situ. Saya ini – yakni Rasulullah s.a.w. – adalah seorang yang mengambil -memegang – pengikat celana serta sarungmu semua agar tidak sampai engkau semua terjun dalam neraka, tetapi engkau semua masih juga hendak lari dari peganganku.” (Riwayat Muslim)
  • Dari an-Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Rasulullah s.a.w.
    bersabda: ”Perumpamaan kaum Mu’minin dalam hal saling sayang-menyayangi, saling kasihmengasihi dan saling iba-mengibai itu adalah bagaikan sesosok tubuh. Jikalau salah satu
    anggota dari tubuh itu ada yang merasa sakit, maka tertarik pula seluruh tubuh – karena ikut
    merasakan sakitnya – dengan berjaga – tidak tidur – serta merasa panas.” (Muttafaq ‘alaih)
Dan masih banyak lagi sabda-sabda beliau yang menggunakan perumpamaan untuk memudahkan sahabat memahami apa yang beliau terangkan, bukankah perumpamaan juga merupakan bahasa Alquran?
  • Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan (Q.S Ar-Rad:11)
  • Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Allah swt membuat perumpamaan bagi manusia, dengan maksud di antaranya adalah agar akal lebih mampu  menjangkau dan memahami kekuasaan-kekuasaan Allah swt.
itu dia! agar akal lebih mudah menjangkau, lalu, apakah rumus yang sifatnya abstrak dapat dengan mudah dipelajari atau diingat layaknya hal-hal konkrit lainnya?
saya ingin menceritakan kembali mengenai kisah pak Yun (Yunsirno), sang penemu Kampoenk Jenius saat beliau duduk di bangku SMA. kala itu, beliau dan teman-temannya  mendapat tugas menghafal rumus-rumus kimia. kemudian sang guru berkata pada seisi kelas “semua rumus kimia ini terdapat unsur alkohol didalamnya, nah..sebagai muslim, kita tidak boleh mengkonsumsi alkohol baik sedikit maupun banyak…dst” maka setelah itu Pak Yun bersama teman-temannya berusaha sekuat tenaga untuk menghapalkan rumus-rumus kimia itu, takut-takut jika ternyata menjadi campuran bahan makanan yang mereka konsumsi. akhirnya dengan motivasi sang guru dengan menanamkan pemahaman praktis pada anak didiknya, mereka jadi mampu memahami serta menghapalkan rumus-rumus kimia tersebut tanpa adanya kesulitan yang berarti.
jadi, tidak ada salahnya kan, kembali ke tahap operasional konkrit? :)

6 comments

  1. gimana kabarnya, lama nggak ada suaranya, semoga tetap dalam lindungannya. Amiin
    Remaja kadang masih butuh hal yang kongkrit dan materialis .... juga termasuk maha siswa ....
    gmn dengan narablog ini yach??

    ReplyDelete
  2. I like ur writing....
    Keep writing..someday you will become a great writer

    ReplyDelete
  3. ketika kita berbicara abstrak maka yang harus diyakinkan adalah kita memahami bentuk konkritnya dahulu.
    saya jd merasa kurang yakin dengan guru/dosen yang mengajar itu pernah mengalami dan mampu meng-konkritkan sebagian dari penjelasannya di kelas.
    give ur respon a new Ide but classic practical on http://ridhopsi.blogspot.com/2011/04/professional-multi-colaborration_26.html

    ReplyDelete

Blogger news

Blogroll